:: Aku tidak akan Menyesal ::
Ketika
orang lain melukai dan menyakiti hatiku, aku mengeluh pada Tuhan
mengapa aku harus mengalami hal tersebut. Namun, melalui hal itu Tuhan
mengajarkanku bagaimana melakukan perintahNya untuk mengasihi sesama
seperti mengasihi diriku sendiri dan mengampuni seperti Tuhan mengampuni
kesalahanku.
Terkadang aku merasa berjalan sendiri dan merasa
beban yang aku pikul terlalu berat aku berpikir betapa kejamnya Tuhan
membuat aku seperti ini. Namun, perlahan-lahan aku sadari bahwa akulah
yang sombong, aku mengandalkan kekuatanku sendiri, sedangkan Firman
Tuhan mengatakan diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan.
Saat situasi mulai tidak menyenangkan dan aku merasa semua orang
membuatku marah dan tidak dapat bekerja sama aku meledak-ledak dalam
amarahku sendiri dan tanpa ku sadari hal itu membuat kondisi hatiku
semakin memburuk, kemudian aku menyesal dan menyalahkan diriku karena
tidak dapat berubah. Namun, lewat hal ini aku belajar menaati
perkataanNya bahwa amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan
Allah.
Dalam keadaan baik aku memuji Tuhan dan semenit
kemudian dengan lidah yang sama menghakimi atau bersungut-sungut ketika
keadaan berubah menjadi tidak mengenakan. Namun, tegurannya membuat aku
menyadari bahwa perkataanku dapat "membunuh" atau "membangun" diriku
sendiri dan orang lain karena tidak boleh terjadi demikian : dari mulut
yang satu keluar berkat dan kutuk.
"Sekalipun ayahku dan ibuku
meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku" ayat ini yang mengajarkanku
bagaimana melihat kasih Allah lebih dalam, dan merasakan betapa besar
kasih yang Ia curahkan kepadaku dan memulihkan hatiku dari sakitnya
ketika orang terdekatku menjauh saat kejatuhanku.
Aku pernah
merasakan bagaimana rasanya ketika membutuhkan bantuan dan semua orang
yang aku hubungi seakan lenyap ditelan bumi, aku hanya bisa menyalahkan
mereka dan kehidupan. Dan tanpa aku sadari bahwa saat itu Tuhan sedang
mengajarkanku mengandalkan Dia, hanya Dia sajaseperti apa yang
dikatakanNya supaya imanku tidak bergantung pada hikmat manusia, tetapi
pada kekuatan Allah.
Beberapa tahun yang lalu, saat aku harus
bekerja di tengah-tengah masa menimba ilmu, ketika aku tidak dapat
menikmati masa remaja seperti teman-temanku yang lain karena kondisi
keluargaku yang berbeda, aku sangat kecewa pada Tuhan. Namun, sekarang
aku mengerti pengalaman pahit terdahulu yang aku telah lalui
menjadikanku kuat hari ini.
Hari ini ketika aku memejamkan mata
dan merenungkan lebih dalam karya-karya yang Tuhan ukir dalam hidupku,
air mataku mengalir dan mulutku penuh dengan ucapan syukur untuk setiap
rasa pahit, getir, dan manis yang pernah aku rasakan, semua hal itu
membuatku dapat membantu teman-temanku yang tengah mengalami hal-hal
yang sama, dan aku tahu aku dapat memberi motivasi dan kesaksian bagi
mereka bukan karena aku hebat, hanya karena Tuhan mengijinkanku
mengalaminya terlebih dahulu dan tangan kasihNya selalu terulur bagiku.
Dan sekarang aku dapat berkata kepadaNya dengan segenap hatiku, untuk
semua hal yang baik ataupun tidak baik yang pernah singgah dalam
kehidupanku :
"Bapa, aku tidak akan menyesal telah lahir ke dunia.
Yang akan menjadi penyesalan terbesarku adalah saat aku membuka mata
pertama kali sampai aku menutup mata untuk terakhir kalinya, tetapi aku
tidak pernah mengenalMu."
Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=503368776387794&id=485699671488038(Giving My Best)
No comments:
Post a Comment