Wednesday, 27 March 2013

:: Aku tidak akan Menyesal ::

Ketika orang lain melukai dan menyakiti hatiku, aku mengeluh pada Tuhan mengapa aku harus mengalami hal tersebut. Namun, melalui hal itu Tuhan mengajarkanku bagaimana melakukan perintahNya untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diriku sendiri dan mengampuni seperti Tuhan mengampuni kesalahanku.

Terkadang aku merasa berjalan sendiri dan merasa beban yang aku pikul terlalu berat aku berpikir betapa kejamnya Tuhan membuat aku seperti ini. Namun, perlahan-lahan aku sadari bahwa akulah yang sombong, aku mengandalkan kekuatanku sendiri, sedangkan Firman Tuhan mengatakan diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan.

Saat situasi mulai tidak menyenangkan dan aku merasa semua orang membuatku marah dan tidak dapat bekerja sama aku meledak-ledak dalam amarahku sendiri dan tanpa ku sadari hal itu membuat kondisi hatiku semakin memburuk, kemudian aku menyesal dan menyalahkan diriku karena tidak dapat berubah. Namun, lewat hal ini aku belajar menaati perkataanNya bahwa amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Dalam keadaan baik aku memuji Tuhan dan semenit kemudian dengan lidah yang sama menghakimi atau bersungut-sungut ketika keadaan berubah menjadi tidak mengenakan. Namun, tegurannya membuat aku menyadari bahwa perkataanku dapat "membunuh" atau "membangun" diriku sendiri dan orang lain karena tidak boleh terjadi demikian : dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk.

"Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku" ayat ini yang mengajarkanku bagaimana melihat kasih Allah lebih dalam, dan merasakan betapa besar kasih yang Ia curahkan kepadaku dan memulihkan hatiku dari sakitnya ketika orang terdekatku menjauh saat kejatuhanku.

Aku pernah merasakan bagaimana rasanya ketika membutuhkan bantuan dan semua orang yang aku hubungi seakan lenyap ditelan bumi, aku hanya bisa menyalahkan mereka dan kehidupan. Dan tanpa aku sadari bahwa saat itu Tuhan sedang mengajarkanku mengandalkan Dia, hanya Dia sajaseperti apa yang dikatakanNya supaya imanku tidak bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.

Beberapa tahun yang lalu, saat aku harus bekerja di tengah-tengah masa menimba ilmu, ketika aku tidak dapat menikmati masa remaja seperti teman-temanku yang lain karena kondisi keluargaku yang berbeda, aku sangat kecewa pada Tuhan. Namun, sekarang aku mengerti pengalaman pahit terdahulu yang aku telah lalui menjadikanku kuat hari ini.

Hari ini ketika aku memejamkan mata dan merenungkan lebih dalam karya-karya yang Tuhan ukir dalam hidupku, air mataku mengalir dan mulutku penuh dengan ucapan syukur untuk setiap rasa pahit, getir, dan manis yang pernah aku rasakan, semua hal itu membuatku dapat membantu teman-temanku yang tengah mengalami hal-hal yang sama, dan aku tahu aku dapat memberi motivasi dan kesaksian bagi mereka bukan karena aku hebat, hanya karena Tuhan mengijinkanku mengalaminya terlebih dahulu dan tangan kasihNya selalu terulur bagiku.

Dan sekarang aku dapat berkata kepadaNya dengan segenap hatiku, untuk semua hal yang baik ataupun tidak baik yang pernah singgah dalam kehidupanku :
"Bapa, aku tidak akan menyesal telah lahir ke dunia. Yang akan menjadi penyesalan terbesarku adalah saat aku membuka mata pertama kali sampai aku menutup mata untuk terakhir kalinya, tetapi aku tidak pernah mengenalMu."
 
Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=503368776387794&id=485699671488038(Giving My Best)

Sunday, 24 March 2013

:: Aku ini ::

Too many things happened. Aku tidak mampu menyatakan satu persatu. Sakit, kecewa, sakit hati. Smuanya bercampur-campur seperti rojak. Inikah hidup? Banyak perkara yang perlu dikorbankan untuk mencapai satu hal, satu perkara. Meskipun hati sakit, kecewa, dilema, di pertengahan, semuanya perlu dihadapi. I haven't options. Kan alangkah bagusnya kalau aku mampu memilih semuanya.

Minggu yang menyesakkan telah dilalui, the cruelest week already passed. Aku kadangkala terfikir 'nothing to do with'... Huhhhh!!!! I hate, saya benci. Indeed! Perasaan seperti ini. Aku tak mampu meluahkan 100% isi hatiku. Tiada yang mampu memahami, tidak ada yang rasa 'empathy'. Hatiku sedih, menangis dan kecewa. Aku lelaki, aku bukan lemah, aku bukan tak kuat tetapi aku ada kelemahan sendiri. Aku rela mengatakan sebegini compared to remain with my egoisme. 

Aku punya impian yang bertahun lamanya aku tunggu. Tiba-tiba pada saat-saat akhir sebelum menyelesaikan sesuatu yang kita nak lakukan, tiba-tiba hal itu berlaku. I haven't any idea. Aku nak itu tetapi aku juga tak rela melepaskan sesuatu yang hampir siap, yang hampir tamat. Too many things need the considerations. Aku terpaksa biarkan hatiku menangis, kecewa dan dilema. Quite bitter and sour but nothing to do. Hatiku menangis setiap masa. Aku sangat kecewa dan sedih sebenarnya. Perhaps, ada individu yang mempersolalkan dan menganggap ianya remeh dan fool thing but, anda perlu mengetahui bagaimana hidupku, bagaimana sakitnya penantian selama bertahun-tahun lamanya.

Tesis dan assignments beratur di belakang. Menunggu giliran untuk disiapkan. Umpama pesakit di hospital yang menunggu giliran untuk dirawat atau menunggu giliran untuk medapatkan ubat di farmasi. Tesis, sungguh berat. Apatahlagi, supervisorku melatihku menyiapkan tesis dan mendapatkan maklumat tahap 'masters' but banyak positivnya. Mengajarku untuk mengolah, mengubah, membentuk ayatku sendiri dan berfikir panjang. Aku jelous sebenarnya melihat rakan-rakan yang lain yang tidakn mengambil tesis sepertiku but itu pilihanku. Itu komitmenku, meskipun mungkin hasik kerjaku tidak 100% perfect tetapi aku puas hati kerana aku telah melakukan yang terbaik. 

Wahhh!!! Hidup ini sangat mencabar. Namun, orang kata 'life must go on'. Tiada perkara yang senang, tiada perkara yang hanya memetik jari sahaja dan ianya ada di tangan dengan sekelip mata. Semuanya memerlukan kesabaran, ketabahan, kekuatan dan usaha. Yang pasti, aku akan lebih menghargai hidupku, aku akan lebih menghargai sesuatu yang aku ada, dan aku telah perolehi dan bakal aku perolehi. Aku tetap memegang satu hal 'tiada sahabat yang paling baik, setia dan memahami kecuali TUHAN'. Dia mengenal aku, lebih daripada aku mengenal diriku sendiri...

Aku terkapai-kapai di bawa arus deras. Aku  menjerit meminta pertolongan namun suaraku ditelan oleh bunyi derasnya air. Suaraku ditelan dan meresap disebalik air. Aku melihat daun yang terkapai-kapai seolah-olah menyuruh aku berpaut padanya. Namun, kederasan air menyebabkan daun itu putus. Aku dihanyutkan lagi. Tiba-tiba aku melihat kayu yang dihanyutkan oleh air. Aku berpaut pada kayu itu. Tetapi, aku dan kayu itu sama-sama dihanyutkan oleh derasnya air. Aku kehilangan harapan, kerana aku tidak mengetahui sampai bilakah aku terus berpaut pada kayu itu? Mungkin aku akan mati lemas, dibaham buaya dan terhempak dan tertikam oleh batu yang tajam atau ranting-ranting? Tak lama kemudian, aku melihat tali pajang, aku berpaut dan aku terus berpaut. Tidak lama kemudian, aku dengan sekuat saki-baki tenaga, aku berusaha untuk melawan arus untuk ke tepi. Akhirnya aku berjaya ke tepi. Harapanku untuk terus hidup semakin 'bercahaya'. 
Meskipun kadangkala sesuatu yang diusahakan dan dinantikan belum memperlihatkan hasilnya. Itu membuat kita kecewa, marah dan bertanya kenapalah macam ni? Kadangkala, banyak persoalan dan permasalahan datang dalam hidup. Kadangkala, rasa putus asa, penat dan kelelahan melanda. Namun, semuanya punya jawapan yang pasti. Bukan hari ini, esok, lusa, kelmarin, minggu depan, bulan depan, tahun depan tetapi pasti ada. Kita tak mampu mengetahuinya tetapi pasti ada.... God bless!!!

Tuesday, 12 March 2013

Barang Milikku Yang Paling Berharga Adalah Kamu

Aku sangat menyukai ucapan mama : “ Barang milikku yg paling berharga adalah kamu ! ” Ucapan yang sangat menyejukkan hati. Dan sampai sekarang aku masih mengingatnya …

Papa dan mama menikah karena dijodohkan orang tua, demikianlah yg dialami para muda – mudi di jaman itu, hal ini sudah umum, tapi di jaman sekarang peristiwa itu sudah jarang terjadi, kebanyakan adalah hasil pilihan sendiri. Tapi mama sangat mencintai papa, demikian juga dengan papa dan tampak selalu mesra, akur bagaikan pasangan cinta sejoli. Sangat sulit dibayangkan bahwa pernikahan mereka pernah diterjang badai ! Badai itu nyaris memisahkan mereka, hanya karena emosi sesaat saja !

Papa dan mama bekerja diinstansi yg sama, oleh karena itu setiap hari berangkat dan pulang bersama. Suatu hari mereka kerja lembur, mengadakan stock opname digudang, hingga pukul 2.00 dinihari dan baru pulang kerumah.

Papa sangat letih dan lapar, sampai dirumah tidak ada makanan maupun minuman yg siap disaji. Papa yg lapar minta mama untuk menyiapkan makanan dan minuman. Beberapa hari belakangan ini emosi mama memang tidak stabil, ditambah lagi dengan adanya lembur, badan dan pikiran sungguh melelahkan, sehingga dengan kondisi yg labil itu, mama spontan menjawab dg nada keras, ” Mau makan dan minum, memangnya tidak bisa masak sendiri ? Apa tidak punya tangan dan kaki lagi, ya ? ”

Karena papa juga terlalu capek, dan langsung menjawab dengan acuh tak acuh, “ Kamu ini isteriku, memasak adalah sudah menjadi kewajibanmu ! ”
Mama langsung merespon, “ Tengah malam begini mau masak apa ? Sudah lewat waktunya makan, orang laki seharusnya lebih kuat dari pada perempuan ! ”

Mendengar itu, marahlah papa, beliau langsung berteriak dengan emosi, “ Kamu salah makan obat apa kemarin ? Mau sengaja cari ribut, ya ? Istri memasak untuk suami adalah wajar, kenapa harus tergantung pada waktu ? Kamu tidak senang, ya ? Kalau tidak senang, kamu pergi saja sekarang dari rumah ini !!! ”

Mama tidak menyangka akan menerima reaksi yg begitu keras. Setelah terdiam sesaat, mama kemudian berkata sambil menitikkan air mata, “ Kamu ingin aku pergi …, aku akan pergi sekarang ! ”. Mama segera kembali kekamar untuk mengemasi barang – barangnya.

Melihat mama masuk kamar dan berkemas – kemas, papa berkata kepada mama yang membelakanginya, “Bagus ! Pergi sana ! Ambil semua barang – barangmu dan jangan kembali lagi ! ”
Beberapa saat kemudian suasana menjadi sunyi senyap, tak ada kata – kata kebencian lagi yg muncul, menit demi menit berlalu, tapi mama tetap tak kunjung keluar dari kamar. Merasakan keanehan itu, papa kemudian menyusul masuk kamar dan melihat mama sedang duduk diranjang penuh dengan linangan air mata. Sambil menatap koper kulit besar yang masih tergeletak diatas ranjang. Melihat papa datang, dengan terisak – isak mama berkata, “ Duduklah diatas koper kulit itu, supaya aku boleh mengenang masa – masa perpisahan kita yg terakhir ”.

Merasa aneh, maka dengan sendu papa akhirnya tidak tahan juga untuk tidak bertanya, ” untuk apa ? ”

Sambil menangis dengan terputus – putus mama berkata, “ Emas dan perak aku tidak memilikinya, tapi milikku yang paling berharga adalah kamu !” Kamu dan anak – anakku, aku tidak memiliki apapun … ”.

Meskipun kejadian itu telah lewat lama sekali, tapi aku masih mengingatnya terus sampai sekarang. Apalagi ketika mama mengucapkan kata – kata terakhir itu, papa merasa sangat tergoncang, sejak malam itu, papa telah diubah dan telah menjadi sangat hormat dan sayang kepada mama. Menggandeng tangan anak – anak, merangkul mama serta senantiasa saling berpelukan. Kelak aku juga bercita – cita ingin mendapatkan pasangan yang seperti papa.

-fm/072-12032013
Source: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=560652797298510&id=492591964104594 

:: Jangan Cepat Menghakimi ::

Setiap orang di sekeliling kita menyimpan cerita kehidupan yang mungkin tidak terbayang di benak kita. Ada air mata di balik senyuman. Ada kasih sayang di balik setiap amarah. Ada pengorbanan di balik setiap ketidak pedulian. Ada harapan di balik setiap kesakitan. Ada kekecewaan di balik setiap derai tawa. Semoga kita semua bisa menjadi manusia dengan rasa toleransi yang semakin luas dan bersyukur dengan apa yang telah kita miliki dalam hidup ini. Ingatlah, kita bukannya satu-satu manusia dengan segudang masalah. Tersenyumlah, karena senyum mampu membasuh setiap luka. Maafkanlah, karena maaf mampu menyembuhkan semua rasa sakit. 

Have a blessed day...